Rabu, 21 September 2011

Metode Islami Dalam Perencanaan Keuangan

Untuk mengawali serangkaian tulisan saya yang akan menjadi tema sentral di Blog ini, pagi ini saya ingin memperkenalkan Metode atau cara Islami yang diajarkan Allah dan RasulNya tentang harta dan konsep membangun ketahanan ekonomi umat.

Dalam sebuah hadits, Sa’ad bin Abi Waqqash menyampaikan, “ Pada saat Haji Wada’, Rasulullah SAW mengunjungiku yang lagi sakit keras. Aku bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, aku adalah orang yang memiliki harta yang banyak dan tidak ada yang mewarisi hartaku, kecuali anak perempuanku satu-satunya. Jika demikian, bolehkah aku menyedekahkan dua per tiga (2/3) dari hartaku ?” Nabi SAW menjawab, “Tidak Boleh”. Aku bertanya lagi, “bagaimana kalau aku sedekahkan separuh (1/2) dari hartaku, ya Rasululah ?”, Nabi SAW, menjawab, “Juga tidak boleh”. Aku kembali bertanya, “Kalau sepertiga (1/3) ?” , Mendengar itu Nabi SAW bersabda, “kalau sepertiga (1/3) boleh, dan itupun sudah banyak. Sebab, seandainya kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan papa, meminta-minta kepada manusia…”(HR.Bukhari).

Pelajaran yang sangat berharga dari hadits tersebut diatas adalah, seorang muslim haruslah menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya sehingga amalan-amalan yang bisa membawanya kepada kehidupan yang baik di akhirat menjadi prioritas yang diusahakan secara maksimal. Sa’ad bin Abi Waqash awalnya ingin menyedekahkan dua pertiga (2/3) dari hartanya yang banyak tentu karena ia berharap kebaikan akhirat ini.

Namun demikian, Rasulullah SAW yang setiap kata dan perbuatannya mendapatkan bimbingan langsung dari Allah SWT (“Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya”, Al-Qur’an 53:4) , tentu dapat melihat aspek yang lebih luas bagi kehidupan umatnya. Dalam upaya mengejar kebaikan kehidupan akhirat, kita juga tidak harus meninggalkan kebaikan kehidupan di dunia bagi diri kita sendiri maupun anak-anak keturunan kita.

Dalam konteks mencari kebaikan kehidupan di dunia dan kebaikan di akhirat yang seimbang inilah seorang muslim harus memiliki rencana yang baik dalam hal apapun, termasuk dalam hal pengelolaan finansial bagi pribadi pribadi maupun keluarganya.

Bagi umat Islam, perencanaan finansial ini juga bagian dari ajaran agama ini yang antara lain langsung diberi contoh yang Indah langsung dari Al-Qur’an dalam surat Yusuf 43-48 berikut :


Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu, jika kamu dapat menakwilkan mimpi.”

Mereka menjawab, “(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menakwilkan mimpi itu.”

Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya, “Aku akan memberitakan kepadamu tentang orang yang pandai mentakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).”

(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf, dia berseru), “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami(takwil mimpi) tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya.”

Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.”

Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. (Yusuf 12:43-48).


Implementasinya dalam bentuk konsep ekonomi di Zaman modern ini ada di tulisan saya yang lain seperti yang sudah saya mulai di tulisan tentang Bangun Ketahanan Ekonomi... dan insyaallah kalau diberi usia panjang akan ada tulisan berikutnya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar